200 Tahun Perang Jawa, Perpusnas Bersiap Terbitkan 25 jilid Komik Diponegoro pada September 2025
IVOOX.id – Perpustakaan Nasional (Perpusnas) menargetkan 25 jilid komik adaptasi dari Babad Diponegoro akan terbit pada Bulan September 2025 mendatang untuk mengedukasi anak-anak hingga remaja tentang pentingnya perjuangan pahlawan bangsa tersebut.
"Sejak tahun lalu kami membuat komik yang basisnya adalah naskah-naskah kuno Nusantara. Tahun ini, secara khusus Pangeran Diponegoro kami buatkan komiknya dalam 25 jilid yang akan kami terbitkan menjelang akhir tahun ini, insyaallah bulan September itu sudah tersedia komiknya," kata Kepala Perpusnas E Aminudin Aziz pada pembukaan Pameran 200 tahun Perang Jawa di Perpusnas, Jakarta, Ahad (20/7/2025), dikutip dari Antara.
Ia juga berharap Perpusnas dapat memproduksi film animasi pendek untuk anak-anak dari naskah kuno Nusantara di tahun depan agar pemahaman mereka tentang sejarah dapat lebih baik lagi.
Sebanyak 25 seri komik Diponegoro untuk memperingati 200 tahun perang Jawa yang tertuang dalam Babad Diponegoro akan menampilkan sisi-sisi humanis pahlawan bangsa tersebut untuk menarik generasi muda agar lebih banyak membaca sejarah.
Sekretaris Utama Perpusnas Joko Santoso mengemukakan, penerbitan ke-25 seri komik tersebut bertujuan mengajak para milenial dan generasi Z untuk mengapresiasi dan meneladani nilai-nilai luhur Diponegoro yang melawan penjajahan dan kolonialisme di Indonesia.
"Kami mengajak milenial dan gen Z untuk mengapresiasi nilai-nilai dan suri teladan Diponegoro sebagaimana tertuang di Babad Diponegoro yang akan kami terbitkan pada 200 tahun kelahirannya, di situ ada sikap-sikap patriotisme, altruisme, kerelawanan dan identitas kebangsaan kita (yang dimiliki Diponegoro) pada masa kolonial dulu," katanya di Gedung Perpusnas Jakarta, Jumat (18/7/2025), dikutip dari Antara. .
Kisah-kisah yang akan diangkat dalam komik-komik tersebut tidak melulu tentang perang, tetapi lebih eksploratif kepada sisi humanis Diponegoro, misalnya cerita-cerita semasa ia merawat kuda kesayangannya, dan sisi lain Diponegoro sebagai sosok manusia yang inspiratif.
Ia menjelaskan, 25 seri komik tersebut akan mengupas sisi lain kehidupan Diponegoro dari masa kecilnya sampai dia meninggal. Tak hanya itu, komik-komik tersebut juga akan didistribusikan ke 10.000 perpustakaan dan taman bacaan masyarakat (TBM) di seluruh Indonesia.
"Target kita di komik ini untuk anak-anak, jadi lebih sesuai, karena komik kan lebih banyak gambar dan visual, tentu lebih mudah dipahami. Tak hanya berhenti di situ, nilai-nilai penting naskah ini akan terus kami tularkan ke generasi muda, salah satunya dengan kompetisi animasi," ujar dia.
Babad Diponegoro Ajarkan Kejujuran bagi Generasi Muda
Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) E Aminudin Aziz menyatakan kisah dari Babad Diponegoro membawa pesan-pesan tentang kejujuran bagi generasi muda dan masih relevan hingga saat ini.
"Kalau saya melihat dari catatan di Babad Diponegoro, beberapa bagiannya adalah cerita tentang kejujuran, kerja keras, dan gigih dalam berjuang. Itu yang paling penting (bagi generasi muda) dari catatan-catatan yang ada," katanya pada pembukaan pameran 200 Tahun Perang Jawa di Perpusnas, Jakarta, Minggu (20/7/2025), dikutip dari Antara.
Ia menjelaskan, terdapat banyak catatan dari Babad Diponegoro yang dituangkan dalam ribuan halaman, dan catatan-catatan tersebut dapat menjadi pembelajaran berharga bagi anak-anak bangsa.
"Kami dari Perpusnas secara hati-hati, cermat, dan penuh ketekunan mencoba mengungkapkan apa yang sebetulnya menjadi hakikat dari perlawanan Pangeran Diponegoro. Ini bukan hanya catatan sejarah untuk masa lalu, melainkan yang lebih penting adalah mengungkap kebenaran dari sejarah itu untuk dijadikan bahan pelajaran kini demi menyongsong masa depan," ujar dia.
Untuk itu, Perpusnas kini menghadirkan bentuk dokumentasi primer dan bisa dipertanggungjawabkan secara akademik, yang menjadi pembuktian bahwa Pangeran Diponegoro adalah pahlawan yang tumbuh dengan jiwa kepahlawanan dan patriotisme luar biasa.
"Beliau bersama masyarakat bahu-membahu memperjuangkan martabat yang dicita-citakannya itu. Pameran ini adalah wujud dari tanggung jawab kami di Perpusnas untuk memberikan informasi kepada seluruh khalayak. Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat untuk berduyun-duyun datang ke sini, menyaksikan dan membaca sejarah masa lalu untuk dijadikan bahan renungan dan gerakan guna membangun Indonesia lebih jaya," ucapnya.
Sementara itu, Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengemukakan, ke depan kisah-kisah dalam Babad Diponegoro akan ditayangkan dalam bentuk film sebagai salah satu ekspresi budaya.
"Saya kira kita akan mengarah ke sana. Kita berharap bahwa cerita-cerita sejarah dan juga tokoh-tokoh pahlawan diangkat di dalam film karena film adalah platform ekspresi budaya yang paling lengkap mulai dari seni peran, tari, musik ada di situ. Sastra juga ada di situ, bahkan sampai busana, hingga kuliner bisa masuk di situ," ucap Fadli, dikutip dari Antara.
Menbud juga menyoroti karya monumental "Babad Diponegoro", yang menurut dia menjadi referensi penting untuk memahami sejarah dan literasi kebudayaan Jawa. "Babad Diponegoro" adalah naskah kuno yang berisi riwayat hidup Pangeran Diponegoro, yang diakui oleh UNESCO sebagai "Memory of the World" atau Ingatan Dunia pada 2013.
Naskah itu ditulis dalam bahasa Jawa dan dianggap sebagai otobiografi pertama dalam sastra Jawa modern. "Babad Diponegoro" ditulis saat Pangeran Diponegoro diasingkan di Manado, Sulawesi Utara, pada 1831-1832.
Ia mengemukakan, cuplikan kisah dari Babad Diponegoro akan dibuat secara lebih aktual dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dengan menggaet produser-produser ternama dari Indonesia.
Perpusnas mengangkat kisah-kisah dalam warisan naskah Babad Diponegoro untuk memperingati dua abad perang Jawa (1825-2025), yang menjadi sebuah peristiwa monumental dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia dalam pameran bertajuk Martabat.
Pameran tersebut pertama kalinya menghadirkan berbagai artefak dan versi-versi Babad Diponegoro mulai naskah-naskah kuno, surat pribadi, sketsa, serta koleksi literatur langka yang mengungkap sisi kepribadian, intelektual, dan spiritual Diponegoro.
Pengunjung diajak menelusuri babak-babak penting seperti Mustahar (masa kecil sang pangeran), Perang Sabil, Muslihat, hingga Lentera Bangsa. Pameran itu juga akan dihadirkan dalam versi digital melalui platform Google Arts and Culture, memungkinkan akses yang lebih interaktif terhadap warisan sejarah bangsa.
Rangkaian kegiatan "200 tahun Perang Jawa" menghadirkan sejumlah tokoh nasional dan internasional yang berperan penting dalam bidang sejarah, budaya, seni, dan kebangsaan. Tokoh-tokoh budaya, seperti Sri Sultan Hamengku Buwono X, sejarawan Peter Carey, turut hadir dalam sesi gelar wicara untuk meninjau relevansi Perang Jawa bagi Indonesia masa depan.
Berhasil Login.....
Gagal Login
Komentar
Edit Komentar
Hapus Komentar
Anda yakin ingin menghapus komentar ?