BPS Catat Investasi Melambat
IVOOX.id – Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), komponen yang merepresentasikan investasi dalam struktur produk domestik bruto (PDB), mengalami perlambatan cukup tajam pada kuartal I tahun 2025. Berdasarkan data yang dirilis pada Senin, 5 Mei 2025, pertumbuhan PMTB tercatat hanya sebesar 2,12 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy), turun dari 3,78 persen pada kuartal yang sama tahun sebelumnya.
Kinerja PMTB ini juga berada di bawah laju pertumbuhan sejumlah komponen pengeluaran lainnya. Konsumsi rumah tangga, misalnya, tercatat tumbuh 4,89 persen, sementara ekspor bahkan naik lebih tinggi lagi sebesar 6,78 persen secara tahunan. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa lesunya pertumbuhan investasi tidak lepas dari kondisi ketidakpastian global yang masih membayangi serta sikap hati-hati para investor. Menurutnya, “Biasanya memang awal tahun juga tidak terlalu tinggi dibandingkan dengan kuartal-kuartal berikutnya.” Katanya dalam konferensi pers secara daring Senin (5/5/2025).
Meski secara keseluruhan PMTB menunjukkan perlambatan, Amalia menambahkan bahwa ada sejumlah subkomponen yang tetap tumbuh positif. Salah satunya adalah impor barang modal, khususnya pada kategori mesin, perlengkapan, dan kendaraan, yang naik sebesar 7,95 persen. Produk kekayaan intelektual juga mengalami pertumbuhan yang cukup baik, yakni sebesar 6,20 persen.
Namun demikian, tidak semua subkomponen investasi mencatatkan kinerja serupa. Investasi pada bangunan, yang merupakan bagian penting dalam PMTB, hanya tumbuh 1,35 persen, sementara pertumbuhan kendaraan domestik berada di angka 1,73 persen. Beberapa subkomponen bahkan mencatatkan kontraksi. Investasi pada sumber daya hayati budidaya atau cultivated biological resources (CBR) menurun 1,78 persen, sedangkan peralatan lainnya mengalami koreksi sebesar 0,29 persen.
Dalam penjelasannya, Amalia juga menegaskan bahwa dalam metodologi statistik internasional, transaksi pembelian atau pematangan tanah tidak termasuk dalam kategori PMTB. Komponen PMTB sendiri mencakup investasi yang dilakukan pada bangunan, mesin dan peralatan, kendaraan, serta barang modal lainnya, baik oleh investor asing maupun domestik.
Secara makro, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 tercatat sebesar 4,87 persen secara tahunan. Angka ini sedikit melambat jika dibandingkan dengan kuartal I tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,11 persen. Perlambatan ini memperlihatkan bahwa investasi masih belum pulih sepenuhnya dan turut membatasi potensi ekspansi ekonomi di awal tahun ini.
Konsumsi Pemerintah Kontraksi
BPS juga melaporkan bahwa konsumsi pemerintah mengalami kontraksi sebesar 1,38 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal I tahun 2025. Meskipun secara kuartalan atau dibandingkan dengan kuartal IV 2024 konsumsi pemerintah tercatat tumbuh 5,88 persen, pertumbuhan tahunan yang negatif mencerminkan adanya perlambatan belanja negara di awal tahun ini.
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyebutkan bahwa penyebab utama dari kontraksi ini adalah tidak adanya momen pemilu seperti yang terjadi pada kuartal I tahun lalu. “Pertumbuhan ekonomi ini dihitung secara tahunan. Tahun lalu, realisasi anggaran pemerintah lebih cepat dan besar karena adanya Pemilu 2024,” ujar Amalia saat menyampaikan keterangan pers di kantor BPS, Senin, (5/5/2025).
Selain karena tidak berulangnya tahun politik, Amalia menjelaskan bahwa kontraksi ini juga dipengaruhi oleh kebijakan efisiensi anggaran yang diterapkan baik di tingkat pemerintah pusat maupun daerah. Menurutnya, pada kuartal pertama tahun ini, pemerintah masih dalam tahap penyesuaian administrasi terhadap anggaran belanja kementerian dan lembaga. Hal ini berdampak pada lambatnya realisasi belanja negara dalam tiga bulan pertama.
Mengacu pada data dari Kementerian Keuangan per 25 April 2025, diketahui bahwa pemerintah telah membuka blokir anggaran kementerian dan lembaga senilai Rp 86,6 triliun, dari total anggaran yang sebelumnya dikenai efisiensi sebesar Rp 256,1 triliun. “Efisiensi ini berdampak pada realisasi anggaran, yang kemungkinan baru terlihat pada kuartal II 2025 dan seterusnya,” ujar Amalia.
Secara keseluruhan, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 4,87 persen secara tahunan pada kuartal I 2025. Nilai produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 5.695,9 triliun, sementara atas dasar harga konstan mencapai Rp 3.264,5 triliun. Meski demikian, jika dibandingkan secara kuartalan dengan kuartal IV 2024, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 0,98 persen.
Berhasil Login.....
Gagal Login
Komentar
Edit Komentar
Hapus Komentar
Anda yakin ingin menghapus komentar ?