Komen Pedas di Medsos, Komdis PSSI Jatuhkan Sanksi Larang Bermain Setahun untuk Pemain PSM Makassar Yuran Fernandes
IVOOX.id – Direktur Utama PT Liga Indonesia Baru (LIB) Ferry Paulus mengaku pihaknya tak ingin ikut campur dalam urusan sanksi yang diterima pemain PSM Makassar Yuran Fernandes yang dijatuhi hukuman 12 bulan dan denda Rp 25 juta dari Komite Disiplin (Komdis) PSSI.
Yuran mendapat sanksi itu setelah memberikan komentar pedas di media sosialnya terhadap kualitas sepak bola Indonesia setelah PSM menelan kekalahan 1-3 melawan PSS Sleman di Stadion Maguwoharjo pada 3 Mei 2025 lalu.
"Kalau dari sisi LIB, kasus seperti Yuran ini juga terjadi di kasus sebelumnya seperti Bojan Hodak atau Paul Munster. Termasuk juga isu-isu tentang komunikasi jelek oleh pemilik klub, kami sampaikan semua itu ke Komdis PSSI," ujar Ferry ketika ditemui awak media pada acara jumpa pers di Kantor PT LIB, Senayan, Jakarta Selatan, Kamis (15/5/2025), dikutip dari Antara.
"Karena Komdis ini badan independen, yang saya tahu hasilnya bahwa pelatih itu diberi peringatan keras. Tapi Yuran ini saya juga tidak tahu deskripsinya apa soal 12 bulan itu," tambah dia.
"Dari sisi liga, kami tidak punya wewenang apa-apa untuk berkomentar karena ini ranah dari Komdis. Yang pasti semua pelanggaran yang ditabulasi dikirim ke Komdis PSSI," lanjut dia.
Hukuman itu telah berlaku dan membuat Yuran melewatkan laga melawan Malut United di Stadion BJ Habibie pada Sabtu (10/5/2025). Adapun, Juku Eja musim ini masih menyisakan dua laga lagi menuju akhir musim. Dua laga itu adalah melawan Barito Putera dan Persita Tangerang.
Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) menolak dan mengaku sangat keberatan dengan sanksi yang diberikan kepada Yuran.
Vice President APPI Achmad Jufriyanto mengatakan komentar Yuran di media sosialnya itu adalah murni ungkapan kekecewaan, dan seharusnya kekecewaan pemain asal Tanjung Verde tersebut dapat menjadi refleksi bagi banyak pihak di sepak bola Indonesia.
Tak hanya APPI, asosiasi pesepak bola profesional dunia atau FIFpro merasa “sangat khawatir” atas sanksi keras yang diterima Yuran. Menurut FIFpro, setiap pemain sepak bola profesional memiliki hak untuk menyuarakan pendapatnya.
Federasi Internasional Asosiasi Pesepak Bola Profesional (FIFPro) menyebut sanksi larangan bermain selama satu tahun yang dijatuhkan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI kepada kapten PSM Makassar Yuran Fernandes terlalu berat.
"FIFPro meyakini bahwa semua pesepak bola profesional memiliki hak untuk dapat mengekspresikan pendapat mereka. Oleh karena itu kami sangat khawatir tentang adanya sanksi yang sangat keras dan tidak proporsional yang diberikan kepada Yuran Fernandes, yang membuatnya tidak dapat bekerja sebagai pesepak bola di Indonesia selama 12 bulan dan juga ditambah dengan denda uang," tulis FIFPro dalam pernyataannya yang diunggah di akun Instagram Asosiasi Pesepak bola Profesional Indonesia (APPI) pada Kamis (15/5/2025), dikutip dari Antara.
Lebih lanjut, FIFPro akan terus berkomunikasi dengan APPI sebagai perwakilan mereka di Indonesia untuk memberikan dukungan dalam proses banding sang pemain yang sedang berjalan.
"APPI menghormati proses banding yang sedang berjalan di komisi banding PSSI dan masih berkomunikasi dan berkoordinasi dengan FIFPro dan juga klub PSM Makassar," tulis APPI dalam pernyataannya di Instagram.
Menanggapi komplain FIFpro, Ferry mengaku tidak bisa mengomentarinya.
“Kemudian komplain dari FIFpro, kami tidak bisa komentar tentang itu. Buat kami kalau ranahnya di kami misalnya seperti tunggakan gaji akan kami respons. Karena ini dari Komdis PSSI, tidak bisa Komdis kami ajak dialog soal ini. Dapurnya berbeda," kata Ferry.
Sementara itu, pada Selasa (13/5/2025) lalu, PSM telah resmi mengajukan banding kepada Komdis PSSI. Dalam banding itu, PSM tak membenarkan komentar dari Yuran, namun mereka menilai sanksi larangan bermain selama setahun tidak pantas diberikan.
“Memo banding untuk putusan sanksi Komdis terhadap Yuran Fernandes, sudah PSM Makassar kirimkan ke PSSI," kata Media Officer PSM Sulaiman Abdul Karim dalam keterangan tertulisnya, dikutip dari Antara.
Hukuman Yuran berawal dari kekecewaannya terhadap keputusan wasit pada laga PSM vs PSS Sleman 3 Mei 2025 lalu. Yuran sempat mencetak gol, tetapi dianulir lewat VAR.
Yuran kemudian mengungkapkan kekecewaannya lewat unggahan di media sosial, yang kemudian dihapusnya dan meminta maaf atas hal tersebut.
"Sepak bola di Indonesia hanya candaan. Makanya level dan korupsinya akan tetap sama. Jika Anda ingin menghasilkan uang, Anda bisa datang ke Indonesia. Jika Anda ingin bermain sepak bola serius, menjauhlah dari Indonesia," tulis Yuran Fernandes saat itu, dikutip dari Antara.
Berhasil Login.....
Gagal Login
Komentar
Edit Komentar
Hapus Komentar
Anda yakin ingin menghapus komentar ?