Kurikulum Merdeka Jadi Jawaban untuk Atasi Krisis Pembelajaran

19 Feb 2022

IVOOX.id, Jakarta - mengatasi krisis pembelajaran, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim meluncurkan Merdeka Belajar Episode 15: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar, secara daring, Jumat (11/2). 

Nadiem mengungkapkan, merujuk berbagai studi nasional maupun internasional, krisis pembelajaran di Indonesia telah berlangsung lama dan belum membaik dari tahun ke tahun. Krisis pembelajaran semakin bertambah karena pandemi covid-19 yang menyebabkan hilangnya pembelajaran (learning loss) dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran.

Inovasi untuk memulihkan pembelajaran pun mutlak diperlukan. Untuk itu, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan Merdeka Belajar Episode 15: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Meng­ajar.

Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim memaparkan, learning loss yang ada saat ini setara dengan 6 bulan belajar untuk segi literasi. Sementara untuk numerasi, learning loss tersebut setara dengan 5 bulan belajar.

Di sinilah pentingnya penyederhanaan kurikulum dalam bentuk kurikulum darurat. Nadiem menyatakan bahwa kurikulum darurat efektif memitigasi ketertinggalan pembelajaran pada masa pademi covid-19.

“Efektivitas kurikulum dalam kondisi khusus semakin menguatkan pentingnya perubahan rancangan dan strategi implementasi kurikulum secara lebih komprehensif,” ujar Mendikbudristek saat peluncuran Merdeka Belajar Episode 15 secara daring, Jumat (11/2).

Ia menjelaskan, arah perubahan kurikulum yang termuat dalam Merdeka Belajar Episode 15 ini ialah struktur kurikulum yang lebih fleksibel dan fokus pada materi yang esensial. Kurikulum ini juga memberikan keleluasan bagi guru menggunakan berbagai perangkat ajar, serta aplikasi yang menyediakan referensi bagi guru untuk terus mengembangkan praktik mengajar secara mandiri.

Keunggulan lain dari penerapan Kurikulum Merdeka ini adalah lebih relevan dan interaktif. Dalam hal ini, pembelajaran melalui kegiatan proyek akan memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual. Misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung pengembangan karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila. 

Dalam pemulihan pembelajaran saat ini, satuan pendidikan diberikan kebebasan menentukan tiga kurikulum yang akan dipilih atau tidak­ dipaksakan. Pilihan pertama, Kurikulum 2013 secara penuh, pilihan kedua Kurikulum Darurat, yaitu Kurikulum 2013 yang disederhanakan, dan pilihan ketiga adalah Kurikulum Merdeka.

Untuk itu, kata Nadiem, pemerintah akan menyiapkan angket untuk membantu satuan pendidikan menilai tahapan kesiapan dirinya menggunakan Kurikulum Merdeka.

“Tolong diingat bahwa kurikulum ini adalah opsi atau pilihan bagi sekolah, sesuai dengan kesiapannya masing-masing. Tidak ada transformasi proses pembelajaran kalau kepala sekolah dan guru-gurunya merasa terpaksa,” kata Nadiem.

Platform Merdeka Mengajar

Penerapan Kurikulum Mer­deka dapat didukung dengan Platform Merdeka Mengajar. Platform Merdeka Mengajar menyediakan referensi bagi guru untuk mengembangkan praktik mengajar sesuai dengan Kurikulum Merdeka.

Platform Merdeka Meng­ajar disebut sebagai platform edukasi yang dapat menjadi teman penggerak untuk guru dalam mewujudkan Pelajar Pancasila. “Intinya dalam Platform Merdeka Mengajar ini ada tiga fungsi, yaitu membantu guru untuk mengajar, belajar, dan berkarya,” ujar Nadiem.

Dalam mendukung guru mengajar, Platform Merdeka Mengajar menyediakan referensi bagi guru untuk mengembangkan praktik mengajar sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Saat ini tersedia lebih dari 2.000 referensi perangkat ajar berbasis Kurikulum Merdeka.

Platform Merdeka Meng­ajar juga memberikan kesempatan yang setara bagi guru untuk terus belajar dan mengembangkan kompetensinya kapan pun dan di mana pun. “Guru dapat memperoleh materi pelatihan berkualitas dengan mengaksesnya secara mandiri. Melalui video inspirasi, guru bisa mendapatkan beragam video inspiratif untuk mengembangkan diri dengan akses tidak terbatas,” tuturnya.

Dalam menciptakan ekosistem kolaboratif dan meningkatkan efektivitas pembelajaran, Platform Merdeka Mengajar menggunakan Content Crowdsourcing, yang mana pengembangan konten berbasis kontribusi dapat di­lakukan oleh semua pihak. Bagi satuan pendidikan dan pendidik yang kesulitan untuk mengakses internet, pan­duan implementasi Kurikulum Merdeka dan modul-modul pelatihan akan disediakan dalam flashdisk.

“Kunci kemajuan pendidikan kita ketika guru-guru mengembangkan dirinya dan saling membantu pengembangan sejawatnya,” kata Nadiem.

Diapresiasi

Peluncuran Kurikulum­ Merdeka dan Platform Mer­deka Mengajar pun mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak. Wakil Ke­tua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menyebut Kurikulum Merdeka merupakan transformasi pembelajar­an yang penting, bukan saja dalam menghadapi pendidikan pascapandemi tapi juga untuk menghadapi situasi dunia yang terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

“Saya percaya setiap anak itu unik, oleh karena itu pendekatan yang holistik flek-sibel dan fokus pada kompetensi anak adalah kunci untuk mengembangkan anak secara maksimal demi cita-cita yang ingin mereka raih,” ujar Hetifah.

Sambutan pun datang dari para guru, salah satunya Stevani Anggia Putri, guru kelas 

di SDN 005 Sekupang Kota Batam. Dia mengatakan ha­dirnya Platform Merdeka Belajar dan Kurikulum Merdeka menimbulkan perubahan di sekolahnya. Stevani mengaku lebih berkesempatan mengetahui minat, bakat, kebutuhan, dan kemampuan siswa.

“Semoga dengan penerapan Kurikulum Merdeka dan adanya platform Merdeka Meng­ajar ini, kita bisa memberikan fasilitas dan pengajaran yang sesuai kebutuhan siswa untuk mencetak Pelajar Pancasila yang mampu bersaing di masa depan,” pesannya.

Komentar

Berhasil Login.....

Gagal Login

Back to Top

Komentar berhasil di tambah

Komentar berhasil di Edit

Komentar berhasil di Dihapus

Anda Harus Login

Tidak Boleh Kosong