Makna di Balik Barang-barang Khas Perayaan Imlek

28 Jan 2025

IVOOX.id – Menjelang Imlek, para pedagang di kawasan pecinan menjual aneka macam barang yang biasa digunakan oleh warga keturunan Tionghoa pada perayaan tahun baru China.

Di antara barang-barang yang dijajakan para pedagang ada jeruk mandarin, lampion, amplop angpau, dan gantungan berbentuk lambang shio.

Menurut pakar feng shui Yulius Fang, barang-barang khas Imlek melambangkan harapan-harapan baik pada tahun baru.

"Semua penerapan ini adalah bagian dari budaya Tionghoa, memulai tahun baru dengan hal yang baik, untuk harapan setahun ke depan yang lancar dan harmonis," katanya saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Sabtu (25/1/2025), dikutip dari Antara.

Lentera bundar berwarna merah menyala yang biasanya digunakan untuk menghias rumah melambangkan reuni keluarga, kebahagiaan, hidup yang cerah, vitalitas, kesempurnaan, kemakmuran bisnis, dan kekayaan.

Bunga krisan dianggap sebagai simbol umur panjang, kekayaan, serta harapan untuk masa pensiun yang damai. Bunga krisan yang berwarna kuning, seperti warna emas, dikaitkan dengan kekayaan.

Jeruk mandarin yang biasa disajikan untuk keluarga pada perayaan Imlek dianggap sebagai lambang kekayaan, antara lain karena warnanya kekuningan seperti warna emas.

Di samping itu, kata jeruk dalam bahasa Mandarin mempunyai sifat homofon. Aksara Mandarin untuk jeruk adalah 橙 (chéng), sama lafalnya dengan 成 (chéng) yang artinya sukses atau berhasil. Aksara Mandarin lain untuk jeruk yaitu 桔 (jú), yang lafalnya hampir sama dengan 吉 (jí) yang artinya beruntung.

Buah apel merah juga biasanya disajikan pada perayaan Imlek. Dalam bahasa Mandarin buah apel disebut 苹果(píng guǒ). Aksara 苹(píng) pada kata apel memiliki lafal yang sama dengan aksara 平 (píng) yang bermakna aman, damai, tenang, dan tenteram. Sementara warna merah dianggap sebagai lambang keberuntungan, energi, vitalitas, dan kebahagiaan.

Buah nanas atau kue nastar yang berisi selai nanas pun umum disuguhkan pada perayaan Imlek. Dalam dialek Hokkien, nanas disebut Ong Lai yang memiliki pelafalan sama dengan 旺来 (wàng lái) yang bermakna kemakmuran dalam Mandarin.

Sajian khas Imlek lainnya yakni kue keranjang, kue manis yang terbuat dari beras ketan dan gula.

Dalam bahasa Mandarin kue keranjang disebut 年糕 (nián gāo), lafalnya sama dengan 年高 (nián gāo). 年(nián) artinya tahun dan 高 (gāo) artinya tinggi. Karenanya, kue keranjang dianggap sebagai lambang pendapatan yang lebih tinggi atau posisi jabatan lebih tinggi atau kemakmuran yang meningkat.

Lapis legit juga termasuk hidangan khas perayaan Imlek. Lapisan-lapisan pada kue ini dianggap sebagai lambang kelipatan rezeki. Semakin banyak lapisan kue, harapannya semakin berlipat-lipat rezeki yang bisa didapatkan.

Klenteng Dewi Kwam Im yang merupakan tertua di Kota Palembang, Sumatera Selatan memasang ribuan lampion menjelang Tahun Baru Imlek 2025. (ANTARA/ M IMAM PRAMANA)

Klenteng Dewi Kwam Im yang merupakan tertua di Kota Palembang, Sumatera Selatan memasang ribuan lampion menjelang Tahun Baru Imlek 2025. (ANTARA/ M IMAM PRAMANA)

Klenteng Tertua di Palembang Dihiasi Ribuan Lampion

Klenteng Dewi Kwan Im yang merupakan tertua di Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) memasang ribuan lampion menjelang Tahun Baru Imlek 2025.

"Ya ada ribuan lampion yang dipasang menjelang Tahun Baru Imlek 2025, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi warga Tionghoa dan juga wisatawan yang datang ke kelenteng yang berada di Kelurahan 9 Ulu, Kecamatan Seberang Ulu I, Palembang," kata Awi, seorang penjaga klenteng di Palembang, Selasa (28/1/2025), dikutip dari Antara.

Ia menambahkan bahwa Klenteng Dewi Kwan Im merupakan yang tertua di Kota Palembang dan usianya bahkan lebih tua selisih lima bulan dengan Masjid Agung Palembang.

Menurutnya, ribuan warga Tionghoa akan memenuhi klenteng tertua di Kota Palembang tersebut puncaknya pada malam Imlek sekitar pukul 24:00 WIB.

Selain memasang ribuan lampion, klenteng itu juga dilakukan pembersihan baik di bagian luar maupun bagian dalam ruangan klenteng.

Klenteng tertua di Palembang tersebut juga menjadi berkah bagi para pedagang burung pipit di Palembang yang bisa meraih omset hingga puluhan juta dari hasil berjualan.

"Kami bersyukur ya setiap tahun saat Imlek di Kota Palembang dapat berjualan burung pipit dan mampu menjual hingga 500 ekor burung per hari, sejak H-3 kami sudah berjualan," kata Rusmawi, pedagang burung pipit, dikutip dari Antara.

Menurutnya, burung pipit saat Imlek di Palembang menjadi buruan warga Tionghoa untuk dilepas terbang kan dan menjadi kepercayaan sebagai ritual membuang sial dan dapat mendatangkan rezeki.

Komentar

Berhasil Login.....

Gagal Login

Back to Top

Komentar berhasil di tambah

Komentar berhasil di Edit

Komentar berhasil di Dihapus

Anda Harus Login

Tidak Boleh Kosong