Mengenal Metode Penentuan Awal Bulan Ramadhan
IVOOX.id - Dalam satu tahun sekali umat muslim akan bertemu dengan bulan Ramadhan menurut kalender Islam. Selama satu bulan penuh seluruh umat Islam akan menjalankan ibadah puasa.
Namun sebelumnya umat Islam juga akan menentukan kapan awal Ramadhan dimulai dengan menggunakan metode-metode tertentu.
Penetapan awal bulan Ramadhan menurut para ulama dilakukan dengan dua cara yakni metode rukyat (melihat bulan) atau hilal dan metode hisab (perhitungan matematika).
Dikutip dari laman resmi Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam metode rukyat, untuk menentukan apakah sudah memasuki awal bulan Ramadhan atau belum, posisi hilal atau bulan harus benar-benar terlihat secara pasti.
Untuk dapat melihat hilal atau bulan baru sudah nampak atau belum biasanya dilakukan menggunakan alat bantu seperti teropong.
Sementara metode hisab menggunakan hitungan ilmu astronomi atau ilmu falak dalam menentukan awal bulan baru, termasuk masuknya awal bulan Ramadhan.
Artinya dengan metode ini tidak perlu benar-benar melihat hilal secara langsung dan cukup dengan dihitung dengan perhitungan matematis, astronomis.
Dengan menggunakan metode ini penentuan awal Ramadhan sudah ditentukan dari jauh-jauh hari bahkan untuk tahun-tahun berikutnya.
Dalam kitab Minhajul Muslim Syekh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi menerangkan tentang penentuan hilal dengan metode hisab.
Menurutnya cara hisab bisa dilakukan dengan menggenapkan bilangan bulan sebelumnya yaitu Syaban.
Pandangan Para Ulama
Para ulama memiliki pendapat yang berbeda terkait penetapan awal bulan Ramadhan. Mayoritas ulama dari madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali menyatakan penghitungan awal bulan Ramadhan menggunakan metode rukyat.
Kelompok ulama yang menggunakan metode rukyat berpegangan pada firman Allah subhanahu wa ta’ala dan Hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 185:
فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ
“Maka barangsiapa di antara kalian menyaksikan bulan maka hendaklah ia berpuasa (pada) nya.”
Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
صُومُوالِرُؤْيَتِهِوَأَفْطِرُوالِرُؤْيَتِهِفَإِنْغُبِّيَعَلَيْكُمْفَأَكْمِلُواعِدَّةَشَعْبَانَثَلَثِنَ
“Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah kalian karena melihatnya. Jika kalian terhalang (dari melihatnya) maka sempurnakanlah bilangan Sya’ban menjadi tiga puluh hari.” (HR. Bukhari, hadits no. 1776).
Sementara sebagian ulama meliputi Ibnu Suraij, Taqiyyuddin al-Subki, Mutharrif bin Abdullah dan Muhammad bin Muqati menyatakan metode untuk menentukan awal bulan Ramadhan yakni dengan hisab.
Kelompok ini berpegang pada firman Allah subhanahu wa ta’ala. Allah berfirman dalam surat Yunus ayat 5:
هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ
“Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan Dialah yang menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu).”
Penetapan Awal Ramadhan di Indonesia
Pada praktiknya di Indonesia Kementerian Agama melalui hasil sidang isbat akan menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Metode penentuan yang digunakan yakni metode rukyah dan hisab. Hal itu berdasarkan keputusan MUI yang telah mengeluarkan Keputusan Fatwa No 2 Tahun 2004 tentang Penetapan Awal Ramadan, Syawal, dan Dzulhijjah.
Salah satu pertimbangan penentuan awal Ramadhan melalui sidang isbat ini lantaran Indonesia memiliki organisasi kemasyarakatan (Ormas) Islam yang juga memiliki metode dan standar masing-masing dalam penetapan awal bulan Hijriyah.
Sehingga dengan adanya sidang isbat ini akan menjadi forum, wadah, sekaligus mekanisme pengambilan keputusan.
Meski berdasarkan keputusan MUI, hasil sidang isbat berlaku secara nasional, namun pada kenyataanya penentuan awal Ramadhan di Indonesia masih berbeda-beda.
Misalnya beberapa bulan lalu Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menentukan awal Ramadhan 1445 Hijriah yang juga jatuh pada hari Senin (11/3/2024).
Muhammadiyah juga juga telah menetapkan hari raya Idul Fitri 1445 Hijriyah jatuh pada 10 April 2024. Kemudian tanggal 1 Zulhijah 1445 Hijriyah jatuh pada Sabtu, 8 Juni 2024, Hari Arafah (9 Zulhijjah) jatuh pada hari Minggu 16 Juni 2024, dan Idul Adha pada Senin, 17 Juni 2024.
“Semoga maklumat ini diikuti oleh warga Muhammadiyah,” Sekretaris PP Muhammadiyah Muhammad Sayuti dalam keterangannya tertulisnya.
Kemudian Jemaah Tarekat Naqsabandiyah di Kota Padang, Sumatera Barat mulai menjalankan ibadah puasa Ramadan 1445 Hijriyah hari ini, Sabtu 8 Maret 2024. Kemudian di Gorontalo, jemaah An Nadzir menetapkan 1 Ramadan mulai Minggu 10 Maret 2024.
Sementara berdasarkan hasil sidang isbat yang digelar di Auditorium HM Rasjidi, Kemenag, Jakarta Pusat pada hari Minggu (10/3/2024) Kemenag telah menetapkan awal Ramadhan 1445 Hijriah jatuh pada hari Selasa (12/3/2024).
Menyikapi hal itu, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengungkapkan perbedaan dalam menentukan awal Ramadhan adalah hal yang biasa. Sehingga dia meminta masyarakat agar tetap saling menghormati satu sama lain.
"Jika ada perbedaan di antara kita, termasuk perbedaan penentuan awal bulan Ramadhan, sekali lagi itu biasa. Dan mari kita saling hormati, kita saling cari titik temu. Yang sama tidak perlu dibeda-bedakan, yang beda tidak usah dipersamakan," ujar Yaqut dalam jumpa pers sidang isbat di kantor Kemenag, Jakarta Pusat, Minggu (10/3/2024).
Berhasil Login.....
Gagal Login
Komentar
Edit Komentar
Hapus Komentar
Anda yakin ingin menghapus komentar ?