Penyeranta Meledak di Lebanon Incar Kelompok Hizbullah
IVOOX.id – Mantan brigadir jenderal Lebanon, Mounir Shehada mengatakan sebanyak 5.000 perangkat penyeranta yang diimpor oleh Hizbullah pada lima bulan lalu hampir pasti telah dilengkapi dengan bahan peledak sebelum tiba di Lebanon.
Mengutip Antara, Shehada yang merupakan mantan koordinator pemerintah Lebanon dengan misi penjaga perdamaian PBB UNIFIL itu menuturkan kepada Anadolu pada Rabu (18/9/2024) bahwa perangkat nirkabel tersebut dilengkapi dengan beberapa gram bahan peledak yang sulit dideteksi.
Bahan peledak tersebut, lanjutnya, ditempatkan di dalam baterai sedemikian rupa sehingga perangkat tersebut tidak dapat dideteksi oleh sensor atau alat pendeteksi bahan peledak apa pun.
“Baterai litium, jika terbakar atau meledak, tidak akan menyebabkan kerusakan seperti itu,” kata Shehada.
Dia menjelaskan rekaman menunjukkan bahwa terjadi ledakan dahsyat, sedangkan baterai litium hanya menghasilkan nyala api kecil dan ledakan sangat kecil sehingga tidak akan menghasilkan ledakan yang dahsyat.
Mengenai lokasi atau negara di mana perangkat tersebut dipasang, Shehada berkata bahwa masih terlalu dini untuk membahas hal itu, tetapi kecurangan tersebut bisa saja terjadi selama tahap produksi atau pada tahap lainnya.
Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa agen intelijen Israel Mossad telah menanam sejumlah kecil bahan peledak di 5.000 penyeranta yang dipesan dari Gold Apollo oleh gerakan Hizbullah, Lebanon.
"Penyeranta tersebut dikembangkan dan diproduksi di luar negeri, jadi tidak ada hubungannya dengan Taiwan," kata direktur tersebut yang dikutip portal berita Taiwan CTWANT, dikutip dari Antara.
Dia juga mengatakan bahwa tiga tahun lalu, Gold Apollo menandatangani perjanjian kerja sama dengan perusahaan Eropa, yang pada awalnya hanya terlibat dalam pendistribusian produk Gold Apollo, tetapi kemudian mulai secara independen mengembangkan penyeranta yang terlibat dalam ledakan tersebut.
Namun, CEO Gold Apollo Ching Kuang pada Rabu (18/9/2024) mengatakan bahwa penyeranta yang meledak di beberapa wilayah Lebanon tidak ada kaitannya dengan pabrikan dari Taiwan tersebut, melainkan diproduksi dan dikembangkan perusahaan Eropa.
Gold Apollo mengklaim perangkat tersebut diproduksi dan dijual oleh perusahaan Hungaria, BAC Consulting KFT, yang berbasis di Budapest –yang memiliki lisensi untuk menggunakan merek Gold Apollo pada pager tersebut.
Mengutip Antara, pemerintah Hungaria pada Rabu (18/9/2024) menyatakan bahwa perangkat penyeranta (pager) yang meledak di Lebanon "tidak pernah berada di Hungaria."
Pernyataan ini disampaikan oleh juru bicara pemerintah, Zoltan Kovacs, setelah perusahaan Taiwan, Gold Apollo, membantah memproduksi perangkat pager yang meledak dan mengatakan bahwa perangkat tersebut diproduksi dan dijual oleh perusahaan Hungaria, BAC Consulting KFT, yang berbasis di Budapest.
"Otoritas telah mengonfirmasi bahwa perusahaan yang dimaksud adalah perantara perdagangan, tanpa lokasi produksi atau operasi di Hungaria," kata Kovacs, dikutip dari Antara.
"Perusahaan ini hanya memiliki satu manajer yang terdaftar di alamat yang telah diumumkan, dan perangkat yang disebutkan tidak pernah ada di Hungaria," tambahnya.
"Selama investigasi lebih lanjut, layanan keamanan nasional Hungaria bekerja sama dengan semua lembaga dan organisasi mitra internasional yang relevan," kata juru bicara tersebut.
Dia menambahkan bahwa kasus ini tidak menimbulkan risiko keamanan nasional bagi Hungaria.
Hizbullah Tuduh Israel
Mengutip Antara, kelompok perlawanan Hizbullah di Lebanon pada Selasa (17/9/2024) mengatakan Israel bertanggung jawab penuh atas ledakan massal alat penyeranta (pager) di sejumlah wilayah di Lebanon.
Kelompok itu juga memastikan jatuhnya sejumlah korban jiwa dan mengancam akan melakukan "aksi balasan".
Pada Selasa (17/9/2024) pagi kantor berita nasional Lebanon, NNA, melaporkan bahwa puluhan orang terluka akibat ledakan penyeranta di pinggiran selatan Kota Beirut.
Kemudian, penyiar Lebanon, OTV, mengutip Menteri Kesehatan Firas Abyad, menyampaikan laporan bahwa ratusan warga terluka akibat insiden tersebut.
Sejumlah laporan menyebutkan alat komunikasi penyeranta yang digunakan Hizbullah sebagai sistem komunikasi tertutup merupakan yang paling kokoh terhadap upaya peretasan dan penyadapan.
"Setelah memeriksa semua fakta, data, dan informasi terkini tentang serangan keji yang terjadi sore ini, kami menganggap musuh Israel bertanggung jawab penuh atas agresi kriminal ini, yang juga berdampak terhadap warga sipil dan menimbulkan korban jiwa serta menyebabkan sejumlah besar korban luka ... Musuh jahat dan berbahaya ini tentunya akan menerima pembalasan yang setimpal atas agresi keji ini," demikian isi pernyataan tersebut.
Pada hari itu juga Lebanon mengumumkan penutupan semua sekolah dan institusi pendidikan di seluruh negara tersebut pada Rabu (menyusul ledakan alat penyeranta (pager) yang menewaskan setidaknya sembilan orang dan melukai ribuan lainnya.
“Kami mengumumkan penutupan sekolah negeri dan swasta, Universitas Lebanon, serta semua institusi pendidikan tinggi swasta pada Rabu, sebagai bentuk kecaman atas tindakan kriminal yang dilakukan oleh musuh Israel terhadap warga sipil,” kata Menteri Pendidikan Lebanon, Abbas Halabi, Rabu (17/9/2024), dikutip dari Antara.
Menteri Halabi juga mengetuk “hati nurani dunia untuk menghentikan mesin pembunuh Israel yang tak mengenal belas kasihan dan pembedaan, serta telah melakukan kejahatan kolektif yang belum pernah terjadi terhadap rakyat Lebanon.”
Sedikitnya sembilan orang, termasuk seorang anak, tewas dalam ledakan massal perangkat alat penyeranta di berbagai wilayah Lebanon pada Selasa, menurut Menteri Kesehatan Lebanon, Firas Al-Abiad.
Ia menambahkan bahwa sekitar 2.750 orang lainnya terluka, dengan 200 di antaranya berada dalam kondisi kritis.
Media Lebanon melaporkan bahwa perangkat-perangkat tersebut meledak setelah terjadi peretasan sistem komunikasi oleh Israel.
Kementerian Kesehatan mendesak semua warga yang memiliki perangkat komunikasi pager untuk segera membuangnya.
Hizbullah mengonfirmasi bahwa setidaknya dua anggotanya tewas dan banyak lainnya terluka dalam ledakan tersebut.
"Pada sekitar pukul 15:30 (13:30 GMT) pada Selasa, 17 September 2024, beberapa perangkat pager yang digunakan oleh anggota unit dan lembaga Hizbullah meledak," kata kelompok tersebut dalam pernyataannya.
Ledakan massal ini terjadi di tengah-tengah serangan lintas perbatasan antara Hezbollah dan Israel, dengan latar belakang serangan brutal Israel di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 41.200 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, setelah serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.
Laporan terakhir menyebutkan 12 orang tewas dan hampir 3.000 lainnya terluka akibat penyeranta meledak beberapa daerah di Lebanon, termasuk ibu kota Beirut.
Media melaporkan bahwa penyeranta sering digunakan anggota Hizbullah sebagai sistem komunikasi rahasia yang paling tidak rentan terhadap peretasan.
Hingga kini, penyebab ledakan belum diketahui. Pihak berwenang Lebanon menuduh Israel bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Tidak ada komentar dari Israel mengenai ledakan penyeranta, tetapi Hizbullah berjanji akan melakukan pembalasan terhadap Israel.
Berhasil Login.....
Gagal Login
Komentar
Edit Komentar
Hapus Komentar
Anda yakin ingin menghapus komentar ?