Sumpah Beruang: Sulap Sampah Berubah Uang
IVOOX.id - Hampir mendekati dua dekade yang lalu, saya pernah menulis sebuah artikel di tabloid MQ yang diterbitkan oleh sebuah pondok pesantren terkenal di kota Bandung, artikel itu berisi sekumpulan pemikiran saya tentang upaya pengelolaan sampah perkotaan dengan mengedepankan partisipasi masyarakat dan pemanfaatan teknologi tepat guna.
Dalam tulisan itu saya coba untuk mengusulkan konsep partisipasi aktif masyarakat mulai dari tingkat dasawisma untuk pemilahan dan pengumpulan, sampai RW untuk desentralisasi pengolahan.
Teknologi tepat guna yang diusulkan antara lain adalah alat-alat sederhana di tingkat rumah tangga seperti pengolahan sampah organik agar dapat menjadi pupuk organik cair dan kompos, micro integrated sewage untuk hasilkan gas metana (CH4) yang dapat digunakan sebagai pasokan energi lokal untuk proses memasak makanan bergizi di rumah-rumah yang berada dalam ruang lingkup 1 RW.
Adapun teknologi lain yang coba saya perkenalkan dan usulkan saat itu adalah pengelolaan sampah berbasis mikroba dan pemanfaatan lahan publik sebagai area pengolahan limbah yang sekaligus dapat difungsikan sebagai area publik untuk social healing dan rekreasi keluarga. Mengapa bisa demikian? Karena wujudnya bisa berupa area taman dengan kolam-kolam ikan yang diternakkan, deretan piranti verticulture dengan rak-rak hidro ataupun aeroponik yang didukung oleh sistem mikro irigasi yang dikontrol dengan teknologi IoT, dll.
Saat itu saya sempat membuat beberapa prototipe yang terbukti dapat dioperasikan dengan baik. Antara lain yang sampai saat ini masih ada jejak digital dan barang buktinya, adalah kotak sampah organik rumah tangga penghasil pupuk cair dan kompos, kolam mini dengan eceng gondok, filter zeolit, dan kincir yang dikontrol dengan IoT untuk mereduksi kadar CO dan CO2 dari emisi gas buang perkotaan, hingga alat dan metoda sederhana untuk mengonversi minyak jelantah yang kurang sehat karena mengandung kadar lemak jenuh yang tinggi, menjadi biosolar ataupun bensin dengan nilai oktan mendekati premium.
Tujuannya adalah agar konsumsi rumah tangga menjadi lebih sehat karena minyak jelantah punya nilai jual, dan manfaat kolateralnya adalah bahan bakar terbarukannya dapat digunakan oleh para pedagang keliling dengan konsep kendaraan yang lebih ramah lingkungan.
Bioreaktor dan pusat olah sampah terintegrasi dalam sebuah taman pintar dengan jaringan wi-fi yang dilengkapi kolam perikanan sumber gizi, kebun sayur hidroponik, dan alat-alat kebugaran luar ruang, sempat saya konsepkan sebagai suatu “ruang publik cerdas” yang akan menjadi lokus peradaban mikro yang merepresentasikan keguyuban dan kebersamaan warga yang dipersatukan oleh kepentingan dalam lokus ruang hidup yang juga menjadi amanah dan tanggung jawab bersama.
Karena inisiatif tersebut sempat diliput media, antara lain harian Pikiran Rakyat yang terbit di Bandung, dan juga sempat ditayangkan di program televisi suatu stasiun TV swasta nasional, saya pun mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan gagasan tersebut di sebuah kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan di balairung Kementerian PUPR dan dihadiri langsung oleh Bapak Menteri PUPR saat itu, Ir Joko Kirmanto, Dipl HE.
Terlepas dari apakah konsep tersebut pada akhirnya terimplementasikan atau tidak, setidaknya dari berbagai hasil kajian dan publikasi di ranah informasi publik itu, besar harapan saya bahwa gagasan-gagasan tersebut dapat memantik inisiatif dari berbagai kalangan yang mungkin lebih berkompeten dan memiliki kewenangan ataupun daya pantik yang ciamik hingga mampu mendorong partisipasi publik.
Terbukti setelah hampir mendekati dua dasawarsa, sebuah inisiatif jenius akhirnya hadir sebagai salah satu solusi inovatif dalam pengelolaan masalah klasik perkotaan dan lokus hunian urban dan sub urban, limbah rumah tangga dan domestik.
Bupati muda kabupaten Banyumas yang kenyang pengalaman berinteraksi dengan elemen birokrasi, politik, dan masyarakat di akar rumput, Ahmad Husein, berinisiatif menyelenggarakan sistem pengelolaan limbah terpadu di kabupatennya yang beliau namai dengan akronim Sumpah Beruang, sulap sampah berubah uang.
Selama ini secara teoritis kita telah banyak mempelajari teori dan konsep terkait pengelolaan limbah domestik yang biasanya bersifat campuran.
Dalam banyak buku teks, jurnal, dan materi-materi di ruang kuliah telah dikaji secara mendalam konsep hierarki pengelolaan sampah, yang antara lain terdiri dari prinsip-prinsip sebagai berikut:
Reduce, mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan dari sumbernya; Reuse, menggunakan kembali barang-barang untuk tujuan yang sama atau berbeda, dan Recycle, mengolah kembali material sampah menjadi produk baru; serta Recovery (Pemulihan Energi), mengambil energi dari sampah melalui pembakaran atau teknologi lainnya seperti produksi gas metana dan bahan bakar minyak dari proses gasifikasi di bioreaktor yang didukung proses fermentasi oleh bakteri, dan pemanfaatn sistem pirolisis untuk mengubah limbah plastik menjadi bensin; Disposal (Pembuangan Akhir), pembuangan sampah yang tidak dapat diolah dengan cara lain dapat dilakukan dengan volume minimal yang tidak membebani lingkungan dan minim ekses.
Mengintegrasikan prinsip-prinsip ekologi dalam industri untuk mengurangi dampak lingkungan melalui sirkulasi material dalam sistem produksi dan konsumsi, adalah suatu keniscayaan yang bahkan wajib hukumnya untuk diperjuangkan, hingga prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dapat menjadi sebuah pendekatan yang menjadi langkah-langkah utama dalam pengelolaan sampah perkotaan.
Bupati Ahmad Husein dengan berbekal semangat inovasinya telah berhasil mewujudkan mimpi-mimpi tentang pembangunan kota yang berkelanjutan dan mendorong lahirnya proses ekonomi sirkular di Banyumas.
Program SUMPAH BERUANG ini merupakan program pengelolaan sampah di Kabupaten Banyumas, yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah sampah dari hulu hingga hilir dengan mengintegrasikan berbagai teknologi tepat guna, mulai dari ranah digital hingga mesin pencacah inovasi anak bangsa.
Prinsip utama program ini adalah mengurangi sampah hingga 70 persen di hulu, hingga program terdiri dari beberapa tahapan, antara lain:
- Mengubah pengolahan manual menjadi mekanis untuk mempercepat proses
- Memilah sampah antara high value (rongsok) dan organik serta anorganik dengan menggunakan mesin Gibrik.
- Mendirikan 25 TPST untuk mengurangi pembuangan sampah ke TPA.
- Melakukan pengambilan sampah organik dengan menggunakan aplikasi Jeknyong.
- Melakukan pemilahan dan pengambilan sampah organik dengan menggunakan aplikasi Salinmas, yang bekerjasama dengan bank sampah setempat.
Dalam program Sumpah Beruang ini sampah dipilah antara high value (rongsok) dan organik serta anorganik dengan dicacah menggunakan mesin Gibrik. TPST Kedungrandu misalnya, melayani sampah dari 3.100 pelanggan yang terdiri dari 3.067 KK sampah rumah tangga dan 33 Non rumah tangga.
Dari data yang ada di lapangan sejak Januari hingga September 2023 sampah yang masuk ke TPST kedungrandu sebanyak 11.592 M3 atau jika dirata-ratakan 21,037 ton/hari sampah telah terkelola.
Sampah di TPST (Ada 25 TPST) diolah dan dikelola oleh Kelompok Swadaya Masyarakat/KSM. Pengolahan sampah di antaranya rongsok yang bisa langsung dijual ke pengepul, residu yang di bakar menggunakan mesin pirolisis, dan bubur sampah organik yang dapat dimanfaatkan untuk pakan magot, pupuk organik, media tanam, dan Bahan Bakar Jumputan Padat/ BBJP.
Sementara untuk sampah low value yang sebagian besar berupa plastik, diolah menjadi paving plastik, genteng plastik, hingga RDF pengganti batubara.
Sampah organik dibeli oleh KSM melalui aplikasi yang telah disiapkan Pemkab untuk warga Banyumas, yaitu Salinmas. KSM membeli dari warga dengan harga 400/kg. Sampah organik ini kemudian diolah menjadi kompos serta pakan magot dan dibeli oleh Dinas Lingkungan Hidup dengan harga 1000 per/kg.
Selanjutnya kompos akan dibagikan kepada kelompok tani secara cuma-cuma sesuai dengan kebijakan bupati.
Untuk sampah anorganik Pemerintah Banyumas menyediakan aplikasi Jeknyong yang dikelola oleh BUMD yaitu PT BIJ (Banyumas Investama Jaya). Saat ini BUMD BIJ mulai melakukan produksi Bahan Bakar Jumputan Padat/BBJP.
Pada bulan Oktober 2023, telah mulai dikirim ke PLTU Adipala Kabupaten Cilacap. Sementara sampah anorganik high value juga telah diolah menjadi biji plastik. Sedangkan untuk sampah anorganik low value diolah menjadi genteng plastik dan paving block yang kemudian dibeli oleh Pemda melalui Dinas Pekerjaan Umum dengan harga 160.000/M persegi untuk pembangunan jalan di wilayah setempat.
Olahan lain dari anorganik low value adalah RDF pengganti batubara. RDF hasil olahan TPST Di wilayah Banyumas dikirim ke PT. Solusi Bangun Indonesia (PT.SBI) Plant Cilacap oleh Koperasi KSM. Koperasi KSM ini dibentuk atas inisiatif KSM, untuk menjembatani Kemitraan antara PT. SBI Cilacap dengan KSM.
Jumlah RDF yang dikirim ke SBI rata-rata mencapai 30 ton/hari dengan harga 375.000/ton. Selain itu PT Unilever Indonesia juga ikut bekerjasama dengan cost sharing 125.000/ton. Jadi pendapatan dari total penjualan RDF adalah 500.000/ton.
Bayangkan, keren sekali bukan pendapatan holistik olah sampah Pemkab Banyumas ini? Dalam konteks Sumpah Beruang, Banyumas bahkan jelas lebih unggul dibandingkan beberapa kota besar dunia yang baru menerapkan berbagai teknologi pengolahan sampai secara parsial.
Tokyo misalnya, meski telah menerapkan sistem pemilahan sampah yang sangat rinci dan teknologi daur ulang canggih, termasuk teknologi pemilahan optik dan fasilitas daur ulang plastik yang canggih, tapi belum terintegrasi sebagaimana yang dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat di Banyumas.
Lalu ada proyek pengomposan di San Francisco yang dianggap sukses, dengan mengusung teknologi bio-digester skala komunitas, yang membantu kota mencapai tingkat divestasi sampah lebih dari 80 persen. Sementara program di Banyumas bahkan lebih komprehensif dan sudah menggandeng banyak kelompok tani hingga mampu menjadi salah satu elemen utama dalam konsep ketahanan pangan daerah yang berwawasan lingkungan.
Di Copenhagen Denmark ada pembangkit Waste-to-Energy Amager Bakke yang dapat mengubah sampah menjadi energi dengan efisiensi tinggi dan juga berfungsi sebagai taman rekreasi publik. Tampaknya sebagaimana ide saya juga dua dekade lalu, konsep pengelolaan sampah yang terintegrasi dengan fasilitas layanan publik seperti ruang terbuka hijau dan taman rekreasi juga akan dapat diterapkan di Banyumas.
Sedangkan penerapan teknologi informasi di sistem pengelolaan sampah perkotaan dapat dipelajari di sistem pengelolaan sampah pintar kota Barcelona. Kota itu menggunakan sensor IoT di tempat sampah umum untuk mengoptimalkan rute pengumpulan dan meningkatkan efisiensi operasional. Sementara Banyumas bahkan sudah punya dua aplikasi yang telah terbukti dapat mengoptimalkan rantai proses pengelolaan sampah urban dan sub urban secara presisi berbasis teknologi informasi.
Sebagai penutup tulisan ini, besar harapan terobosan inovatif yang telah dilakukan Pemkab Banyumas dengan Pak Ahmad Husein sebagai dirigennya, dapat memotivasi dan diteladani oleh berbagai pemerintahan kabupaten-kota lainnya di Indonesia, hingga masalah pengolahan limbah yang sampai saat ini masih menjadi isu krusial di berbagai daerah, dapat segera dituntaskan dan bahkan dapat memberikan multimanfaat bagi daerah dan masyarakatnya.
Penulis: Tauhid Nur Azhar
Ahli neurosains dan aplikasi teknologi kecerdasan artifisial, SCCIC ITB/TFRIC-19.
Berhasil Login.....
Gagal Login
Komentar
Edit Komentar
Hapus Komentar
Anda yakin ingin menghapus komentar ?