Teknologiase
IVOOX.id - Pada 10 Agustus 1995 suatu momen bersejarah tercatat di kawasan PT Dirgantara Indonesia pangkalan udara Husein Sastranegara Bandung, N-250 pesawat turboprop anak bangsa yang dinamai Gatotkaca melakukan terbang perdananya dengan sangat elegan dan mulus.
Saat itu saya yang baru saja menyelesaikan program pendidikan sarjana kedokteran, melihatnya di layar kaca dengan mata berkaca-kaca dan rongga dada membuncah sedemikian luar biasa karena desakan gelombang rasa bangga.
Keharuan juga tampak jelas pada tim pengembang N-250 yang dibina langsung oleh Pak Habibie. Terlebih pada saat penerbangan perdana itu hadir Presiden Soeharto secara langsung untuk menyaksikan kebangkitan sejarah teknologi bangsa Indonesia yang saat itu tepat memasuki tahun ke 50 kemerdekaannya.
Setengah abad merdeka dari penjajahan dan bangsa kita telah menorehkan prestasi yang sangat luar biasa. Maka wajar jika tanggal 10 Agustus dijadikan momentum peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Indonesia. Dalam rangka itu pula berbagai kegiatan digelar oleh BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional). Termasuk di antaranya adalah INARI Expo atau Indonesian Research and Innovation Expo.
INARI ketiga digelar di kawasan penelitian terpadu BRIN di Cibinong dan menampilkan ekshibisi berbagai inovasi anak bangsa, mulai dari radar cuaca/pemantau iklim, siklotron, UAV/drone, berbagai inovasi teknologi agro, temuan arkeologi, teknologi baterai, sampai kendaraan hibrid bercatudaya energi baru dan terbarukan turut dipamerkan.
Melihat berbagai perkembangan yang terjadi di skala global saat ini, kita tampaknya mahfum bahwa teknologi adalah salah satu elemen kunci, bahkan mungkin yang paling signifikan, dalam proses konstruksi peradaban yang kini tengah berlangsung. Uniknya teknologi yang semula terlabeli dengan stereotipe sifat kaku, deterministik, mekanistik, dan tidak mungkin memiliki sisi humanistik, kini kehadirannya justru memantik eksplorasi aspek kemanusiaan yang selama ini termarjinalisasi oleh gerusan proses pemenuhan kebutuhan yang bersifat pragmatik materialistik.
Teknologi dapat membantu kita berdamai dengan waktu, ruang, dan lingkungan beserta interaksi sosial di dalamnya. Teknologi menghadirkan peningkatan kecepatan akses informasi yang berdampak pada tingkat literasi dan kualitas edukasi. Pencerahan dalam konteks revolusi kognisi perlahan tapi pasti telah terkatalisa oleh enzim yang bernama teknologiase.
Seberapa penting riset, inovasi, dan teknologi dalam menentukan kualitas hidup manusia, atau bahkan derajat suatu bangsa? Riset dan inovasi teknologi adalah dua pilar utama yang berdasar data dari berbagai penelitian, diakui telah mendorong kemajuan suatu negara.
Di era globalisasi dan persaingan ekonomi yang ketat, kemampuan suatu negara untuk melakukan inovasi teknologi menentukan daya saingnya di kancah internasional.
Bahkan kini ada suatu aliran dalam teori ekonomi yang dikenal sebagai teori ekonomi endogen, yang digagas oleh para ekonom seperti Paul Romer, yang menekankan pentingnya inovasi dan pengetahuan dalam pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Romer berpendapat bahwa teknologi dan inovasi bukan hanya hasil dari pertumbuhan ekonomi tetapi juga merupakan penyebab utamanya (causa prima).
Dalam model Romer ini, investasi dalam riset dan pengembangan (R&D) serta pendidikan dianggap sebagai kunci untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan inovasi teknologi.
Sedangkan jika kita mengacu pada data dari World Bank, memang terlihat bahwa negara-negara dengan tingkat investasi R&D yang tinggi, seperti Korea Selatan, Jepang, dan Jerman, cenderung memiliki produk domestik bruto (PDB) yang lebih tinggi nilai per kapitanya dibandingkan negara-negara dengan investasi R&D yang lebih rendah. Misal, Korea Selatan mengalokasikan sekitar 4,8% dari PDB-nya untuk R&D pada tahun 2021, sementara Indonesia hanya mengalokasikan sekitar 0,3% dari PDB untuk R&D pada tahun yang sama. Kita lihat kini, Korea Selatan menjadi pemimpin global dalam industri teknologi tinggi seperti semikonduktor dan elektronik, serta industri hiburan yang secara tidak langsung mendapat dukungan dari kemajuan riset dan teknologinya.
Selain itu inovasi teknologi juga berdampak signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja. Riset yang dilakukan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) menunjukkan bahwa inovasi tidak hanya menciptakan lapangan kerja di sektor-sektor teknologi tinggi tetapi juga mendorong pertumbuhan di sektor-sektor terkait. Sebagai contoh, perkembangan teknologi digital telah menciptakan lapangan kerja di bidang pengembangan aplikasi, keamanan siber, dan analitik data. Contoh lain adalah transformasi ekonomi Cina, yang dalam beberapa dekade terakhir berhasil mengembangkan industri manufaktur teknologi tinggi.
Investasi besar-besaran Cina dalam riset dan inovasi teknologi, terutama dalam sektor seperti kecerdasan buatan (AI), robotik, dan energi terbarukan, telah membuka jutaan lapangan kerja baru dan mengurangi ketergantungan ekonomi pada industri-industri tradisional.
Keberlanjutan riset dan inovasi teknologi juga memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas hidup dan keberlanjutan lingkungan. Teknologi medis dan teknik biomedis yang canggih, seperti pengembangan vaksin dan terapi gen, telah berhasil meningkatkan harapan hidup dan mengurangi angka kematian akibat penyakit menular.
Kita dapat menilai dan mempelajari bagaimana proses pengembangan vaksin mRNA selama pandemi COVID-19 yang menunjukkan betapa pentingnya riset dan inovasi dalam menghadapi tantangan global. Pfizer-BioNTech dan Moderna, dua perusahaan yang menggunakan teknologi mRNA, berhasil mengembangkan vaksin COVID-19 dalam waktu yang relatif sangat singkat, yang kemudian dapat menyelamatkan jutaan nyawa di seluruh dunia, antara lain karena kebersinambungan riset yang telah dilakukan selama ini, dan percepatan akuisisi pengetahuan baru karena adanya dukungan dan perkembangan teknologi, terutama teknologi informasi.
Di Indonesia kita juga memiliki pengalaman yang sama, pengembangan kit diagnostik molekuler mBioCoV-19 dan alat tes lateral flow assay berbasis reaksi antigen-antibodi yang diinisiasi oleh tim task force TFRIC-19, dengan melibatkan peran serta mitra strategis terkait seperti holding BUMN Farmasi Biofarma, perusahaan rintisan, gerakan crowd funding, sampai akademisi dan diaspora lintas disiplin, terbukti telah mampu menghasilkan karya nyata sebagai representasi sinergi dari berbagai potensi yang lahir dari ekosistem riset dan inovasi di negeri sendiri.
Selain itu, inovasi dalam teknologi energi terbarukan misalnya, seperti panel surya dan turbin angin, memungkinkan negara atau komunitas di suatu wilayah untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengurangi emisi karbon. Beberapa negara Scandinavia seperti Denmark telah menunjukkan bahwa dengan berinvestasi dalam teknologi hijau, mereka tidak hanya dapat mengurangi dampak lingkungan tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru.
Kebersinambungan dan keberlanjutan adalah nilai kunci yang semestinya mendasari pengembangan teknologi melalui serangkaian proses riset dan inovasi. Peran sentral semestinya terdistribusi agar dapat mengakomodasi segenap potensi dan mewadahi dalam platform kolaborasi yang dapat memfasilitasi proses ko-operasi.
Perguruan tinggi dan akademisi penelitinya dapat bersinergi dengan peneliti dengan aneka latar belakang, termasuk yang berangkat dari khazanah kearifan lokal (mungkin dikoordinasi oleh BRIDA atau Badan Riset dan Inovasi Daerah), hingga dapat menghasilkan suatu keunggulan yang meliputi aspek komparatif sekaligus kompetitif, alias keunggulan holistik yang terintegrasi dengan cantik hingga unik.
Volatilitas dan dinamika perkembangan pengetahuan yang didukung oleh teknologi informasi yang mampu meretas batas ruang, adalah peluang. Garis start semua bangsa menjadi hampir sama, semua menghadapi padang petualangan ilmu baru dengan cakrawala di ufuk yang masih jauh membentang.
Dengan sikap mental dan landasan moral serta kesadaran yang berpadu dengan algoritma pola pikir ilmiah yang tertata selaras dengan metodologi yang dapat menabalkan validasi dan akurasi produk penelitian, maka segenap ketertinggalan yang menjajah secara abstrak tak kasat mata saat ini dapat dimerdekakan. Ilmu, pengetahuan, riset, inovasi, dan teknologi dapat menjadi alat perjuangan baru dalam menegakkan kedaulatan tak hanya sebagai bangsa, tapi juga sebagai manusia yang merdeka.
Penulis: Tauhid Nur Azhar
Ahli neurosains dan aplikasi teknologi kecerdasan artifisial, SCCIC ITB/TFRIC-19
Berhasil Login.....
Gagal Login
Komentar
Edit Komentar
Hapus Komentar
Anda yakin ingin menghapus komentar ?