Anggota DPR Kritik Tindakan Represif Polisi terhadap Mahasiswa dalam Demo Tolak Revisi UU TNI
IVOOX.id – Anggota Komisi III DPR RI, Abdullah, menyoroti tindakan aparat kepolisian yang dinilai represif terhadap mahasiswa saat menggelar demonstrasi menolak perubahan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI). Akibat aksi pembubaran paksa oleh polisi, belasan mahasiswa mengalami luka-luka.
"Aparat keamanan jangan asal main pukul ke mahasiswa yang sedang berdemo. Gunakan cara-cara humanis saat hendak menghalau atau membubarkan massa. Ingat, polisi punya tugas untuk mengayomi masyarakat. Jadi berikan teladan kepada rakyat," ujar Abdullah dalam resmi yang diterima ivoox.id Minggu (23/3/2025).
Aksi unjuk rasa tersebut berlangsung di depan Gedung DPR, Senayan, Jakarta, pada Kamis (20/3/2025), serta di sejumlah daerah lainnya. Demonstrasi berujung ricuh ketika aparat kepolisian membubarkan massa, menyebabkan beberapa mahasiswa terluka akibat pukulan dan pentungan. Beberapa di antaranya bahkan harus dilarikan ke rumah sakit, seperti tiga mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang mendapat perawatan di RS Tarakan dan enam mahasiswa lainnya yang dirawat di RS Pelni.
Tak hanya mahasiswa yang menjadi korban, seorang pengemudi ojek online yang kebetulan berada di sekitar lokasi aksi juga mengalami luka akibat disangka sebagai peserta demonstrasi. Kejadian ini pun viral di media sosial.
Menanggapi insiden tersebut, Abdullah mengingatkan bahwa mahasiswa memiliki hak untuk menyampaikan pendapatnya di "rumah rakyat" tanpa takut mengalami kekerasan. Ia menegaskan bahwa kebebasan berpendapat dijamin oleh konstitusi dan harus dihormati.
"Mahasiswa menyampaikan aspirasi ini dilindungi oleh konstitusi negara," katanya.
Ia pun meminta pimpinan Polri untuk memberikan arahan tegas kepada jajarannya agar dalam mengawal aksi unjuk rasa lebih mengedepankan pendekatan persuasif. Menurutnya, langkah damai akan membuat demonstrasi berjalan lebih tertib tanpa menimbulkan ketegangan di lapangan.
"Kalau ada ketegangan di lapangan, aparat harus memprioritaskan langkah-langkah soft approach. Tidak dengan kekerasan yang dapat menyebabkan kondisi semakin memanas. Apalagi sampai ada salah sasaran ke masyarakat umum," ujar Abdullah.
Lebih lanjut, ia menilai bahwa penggunaan kekerasan oleh aparat justru dapat mencoreng citra institusi Polri dan membuat situasi semakin tidak kondusif.
"Berikan kesempatan kepada teman-teman mahasiswa untuk menyampaikan aspirasi mereka. Jangan sampai tindakan represif aparat menimbulkan kesan bahwa negara tidak mau mendengarkan rakyat," katanya.
Di sisi lain, Abdullah juga mengimbau mahasiswa untuk tetap menjaga ketertiban saat berdemo agar tidak ada alasan bagi aparat untuk bertindak represif.
"Gunakan cara-cara yang damai saat menyampaikan pendapat. Sehingga tidak ada alasan penggunaan kekerasan atau tindakan represif aparat," ujarnya.
Ia menekankan pentingnya menjaga ketenangan dan kondusivitas, terutama dalam momentum Ramadan ini.
"Apalagi ini bulan Ramadan, ayo bersama kita menjaga keteduhan bangsa dan negara," ujarnya.
Abdullah pun mengajak seluruh elemen masyarakat untuk terus menjaga stabilitas nasional dengan cara-cara yang positif.
"Semua yang kita lakukan harapannya adalah yang terbaik bagi Indonesia, semangat dan tindakannya pun sebaiknya juga dilakukan dengan cara-cara positif," katanya.
Berhasil Login.....
Gagal Login
Komentar
Edit Komentar
Hapus Komentar
Anda yakin ingin menghapus komentar ?