BGN Ungkap Penyebab Keracunan Makan Bergizi Gratis di Bandung Barat Akibat Kadar Nitrit Tinggi pada Makanan
IVOOX.id – Tim Investigasi Independen Badan Gizi Nasional (BGN) akhirnya mengungkap penyebab keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, pada Oktober 2025 lalu. Tim menyimpulkan bahwa kasus tersebut bukan dipicu oleh kualitas air, tetapi oleh tingginya kadar nitrit dalam makanan MBG.
“Kesimpulan ini kami peroleh berdasarkan hasil rapid test dan uji air bersih dari Labkesmas Bandung Barat, serta penjelasan dari Kepala SPPG,” ujar Ketua Tim Investigasi Independen BGN, Arie Karimah Muhammad, di Jakarta, Minggu (9/11/2025).
Temuan tim menunjukkan adanya kandungan nitrit pada menu yang berasal dari dua SPPG berbeda, yakni SPPG Kayu Ambon dan SPPG Cibodas 2. Pada SPPG Kayu Ambon, nitrit positif terdeteksi pada tumis pakcoy yang merupakan sisa makanan di sekolah. Menu yang disajikan dalam program MBG di sekolah tersebut terdiri dari nasi putih, ayam betutu Bali, tahu goreng, tumis pakcoy bawang putih, dan pisang.
Di SPPG Cibodas 2, hasil rapid test juga menunjukkan adanya kandungan nitrit pada nasi putih, tumis wortel, jagung mini putren, dan kembang kol, baik dari bank sampel maupun sisa makanan yang tersisa di sekolah. Menu MBG di lokasi ini berupa nasi putih, ayam giling bola-bola, tumis wortel, jagung mini putren dan kembang kol, serta buah lengkeng.
“Hasil uji fisik, kimia, dan mikrobiologi air bersih di kedua SPPG tersebut semuanya memenuhi standar,” kata Arie. Ia menegaskan bahwa sumber masalah tidak terkait dengan pasokan air, tetapi murni berasal dari komponen makanan.
Arie menjelaskan bahwa kadar nitrit diukur secara kualitatif melalui rapid test. Dari hasil tersebut terlihat bahwa kandungan nitrit pada menu dari SPPG Cibodas 2 lebih tinggi dibandingkan Kayu Ambon. Perbedaan kadar itu berbanding lurus dengan jumlah siswa yang terdampak. “Ini menjelaskan mengapa jumlah siswa yang mengalami gejala keracunan dari Cibodas 2 lebih banyak, yaitu 236 orang, dibandingkan 44 orang dari Kayu Ambon,” ujarnya.
Tim juga menemukan bahwa menu dari Cibodas 2 selesai dimasak sekitar pukul 02.00 dini hari, lalu baru dikirim ke sekolah pada pukul 06.30. Jarak waktu yang cukup panjang pada suhu ruang memungkinkan proses perubahan nitrat menjadi nitrit di dalam sayuran berjalan lebih cepat, sehingga meningkatkan kadarnya.
Satu hal yang cukup menonjol adalah tidak adanya laporan diare dari para korban, sehingga faktor bakteri dinilai tidak berperan. “Ini memperkuat dugaan bahwa faktor kimia, yakni nitrit, menjadi penyebab utama,” ujar Arie.
Ia kemudian menerangkan pola munculnya gejala yang baru dirasakan pada malam hari. Menurutnya, nitrit yang masuk ke tubuh awalnya berubah menjadi Nitric Oxide (NO) yang bisa memberi efek positif, tetapi dalam jumlah berlebih justru menghambat kemampuan darah membawa oksigen. Hal ini membuat korban merasa lemas dan kekurangan oksigen. “Efek yang muncul tertunda inilah yang menjelaskan mengapa sebagian besar korban baru merasakan gejala di malam hari,” kata Arie yang juga ahli farmakologi klinis.
Arie menambahkan bahwa nitrit sebenarnya merupakan unsur yang secara alamiah terdapat pada tanaman dan lingkungan. Namun, kadarnya dapat meningkat bila tanaman mendapat pupuk berkadar nitrit tinggi atau bahan pengawet tertentu. “Dalam kasus Bandung Barat ini, kami menduga kadar nitrit tinggi berasal dari pupuk tanaman yang digunakan pada sayuran. Kadar tersebut kemungkinan melebihi batas aman yang dapat ditoleransi tubuh,” katanya.
Berhasil Login.....
Gagal Login
Komentar
Edit Komentar
Hapus Komentar
Anda yakin ingin menghapus komentar ?