CIPS Identifikasi Isu Kunci untuk Mempercepat Transformasi Digital di Indonesia
IVOOX.id – Meski mencatat kemajuan yang luar biasa dan memiliki potensi pertumbuhan yang besar, ekonomi digital Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan yang menghambat pertumbuhannya. Chief Executive Officer (CEO) dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Anton Rizki mengatakan bahwa beberapa isu utama harus diatasi untuk mempercepat proses transformasi digital di Indonesia.
"Meski mencatat kemajuan yang luar biasa dan memiliki potensi pertumbuhan yang besar, Indonesia masih menghadapi tantangan yang persisten seperti pengembangan infrastruktur, literasi digital, privasi data, dan keamanan siber," kata Anton Rizki dalam keterangan pers ang diterima ivoox.id Sabtu (27/7/2024).
Anton menyebut bahwa pendekatan koregulasi dapat menjadi salah satu upaya untuk menyelesaikan tantangan yang ada. Koregulasi, yang berarti pengaturan bersama, adalah proses pembagian tanggung jawab antara para pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan asosiasi terkait. Selain itu, penggunaan regulatory sandbox, yaitu ruang uji coba untuk memastikan efektivitas kebijakan sebelum diimplementasikan, juga bisa membantu mengidentifikasi potensi masalah sebelum kebijakan diberlakukan.
Sementara itu, Koordinator Pemanfaatan dan Ekosistem TIK, Direktorat Ketenagalistrikan, Telekomunikasi, dan Informatika Bappenas, Andianto Haryoko, menekankan bahwa pemanfaatan teknologi seperti AI, metaverse, dan blockchain dapat mendorong berbagai kegiatan ekonomi. Dalam jangka panjang, hal ini diharapkan dapat mengeluarkan Indonesia dari middle income trap.
"Dengan keunggulan sumber daya manusianya, Indonesia diharapkan tidak hanya menjadi pasar. Kita perlu memanfaatkan semakin menurunnya jumlah penduduk usia produktif dari benua lain yang justru menguasai lebih banyak teknologi. Untuk mengimbangi hal tersebut, Indonesia harus bisa memanfaatkan teknologi supaya tidak hanya menjadi pasar," kata Andianto.
Ia juga menyoroti pentingnya pengembangan talenta digital yang berkualitas. "Indonesia memerlukan digital talents yang berkualitas untuk menguasai berbagai jenis teknologi. Hal ini juga sejalan dengan program yang sudah dilakukan oleh pemerintah," ujarnya.
Data Bappenas menunjukkan bahwa program literasi digital nasional Indonesia Makin Cakap telah mengedukasi 23 juta orang dari target 50 juta pada 2024. Selain itu, program UMKM Go Digital sudah menjangkau 12 juta UMKM pada 2020, 27 juta UMKM pada 2023, dan ditargetkan mencapai 30 juta UMKM pada 2024.
Dalam 10 tahun terakhir, telah terjadi pergeseran tren dalam penguasaan teknologi digital. Hal ini juga ditegaskan oleh Ketua Komtap Cloud Computing, Asosiasi Pengusaha Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (APTIKNAS), Sutedjo Tjahjadi. Ia menyebut bahwa produk teknologi informasi kini tidak hanya berupa perangkat keras atau hardware, tetapi juga didominasi oleh perangkat lunak atau software. Hal ini, lanjutnya, merupakan peluang besar untuk mengembangkan industri software di dalam negeri.
"Untuk menjadi pemain digital, kita harus benar-benar memahami software. Jika kita bisa mendalami software, kontribusi ke PDB dan manfaatnya akan tetap berada di Indonesia. Kontribusi ini yang didorong supaya bisa mempercepat transformasi digital," kata Sutedjo.
Berhasil Login.....
Gagal Login
Komentar
Edit Komentar
Hapus Komentar
Anda yakin ingin menghapus komentar ?