Pelaku Pasar Modal Fokus pada Sentimen Suku Bunga Domestik dan Global Pekan Ini

17 Dec 2024

IVOOX.id – Pada pekan ini, pelaku pasar modal akan mencermati berbagai sentimen suku bunga dari dalam negeri maupun global menyusul pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pekan lalu. IHSG ditutup di level 7.324 atau melemah 0,8% dalam sepekan terakhir pada perdagangan Jumat, 13 Desember 2024. Tekanan jual dari investor asing terlihat dari aliran dana keluar (outflow) di pasar reguler yang mencapai Rp1,9 triliun.  

“Kondisi ini juga menunjukkan kewaspadaan pelaku pasar terhadap perkembangan global terutama keputusan suku bunga The Fed dan Bank of Japan di pekan ini,” jelas David Kurniawan, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) dalam siaran pers yang diterima ivoox.id Selasa (17/12/2024). 

David menilai dua faktor global memengaruhi pergerakan pasar pekan lalu, yaitu tingkat inflasi Amerika Serikat dan Producer Price Index (PPI). Tingkat inflasi AS pada November mengalami peningkatan sebesar 0,1% secara tahunan menjadi 2,7%. “Kenaikan ini mencerminkan adanya perubahan dalam kondisi ekonomi yang perlu diperhatikan dengan serius. Angka inflasi ini akan menjadi acuan bagi The Fed dalam menentukan kebijakan moneter yang tepat ke depannya,” tambahnya. 

Sementara itu, PPI AS pada November melampaui ekspektasi pasar dengan kenaikan 0,4%, jauh di atas proyeksi 0,1%. Hal ini mencerminkan adanya tekanan inflasi yang lebih kuat di tingkat produsen dan kenaikan biaya produksi yang diprediksi akan berdampak pada harga konsumen dalam waktu dekat. 

Dari sisi domestik, David menyoroti dua sentimen utama, yaitu tingkat keyakinan konsumen Indonesia dan nilai tukar rupiah. “Tingkat keyakinan konsumen di Indonesia pada November 2024 menunjukkan peningkatan signifikan ke level 125,9 dibandingkan bulan sebelumnya yang berada di level 121,1. Ini mencerminkan optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun prospeknya di masa mendatang,”  katanya.

Menurut David, optimisme ini mencerminkan kepercayaan yang meningkat terhadap stabilitas pendapatan dan daya beli masyarakat, yang berpotensi mendorong konsumsi domestik sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi. 

Namun, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan signifikan hingga menyentuh level Rp16.022. Pelemahan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor global dan domestik, termasuk penguatan dolar AS. “Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) diharapkan dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga stabilitas nilai tukar, seperti melalui intervensi pasar atau kebijakan moneter yang lebih ketat, demi memastikan dampak negatif dari pelemahan rupiah dapat diminimalkan,” kata David. 

David menyebut sejumlah sentimen yang bakal memengaruhi pergerakan pasar pada pekan ini, yakni data ekspor-impor Indonesia, suku bunga domestik, dan keputusan suku bunga global. Data ekspor-impor Indonesia akan dirilis pada 16 Desember 2024. Sebagai gambaran, surplus perdagangan Indonesia sebelumnya menyempit menjadi USD 2,47 miliar pada Oktober, turun dari USD 3,47 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penyebabnya adalah lonjakan impor yang cukup signifikan. 

Sementara itu, Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di level 6% pada 18 Desember 2024. “Keputusan ini bertujuan untuk memperkuat stabilitas rupiah di tengah meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global. Ini juga memastikan inflasi tetap berada dalam kisaran sasaran 2,5±1% untuk tahun 2024 dan 2025, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ujarnya.

Inflasi tahunan Indonesia sendiri menurun menjadi 1,71% pada Oktober 2024, angka terendah sejak Oktober 2021, dan tetap terkendali dalam sasaran bank sentral. 

Di sisi global, keputusan suku bunga The Fed dan Bank of Japan menjadi perhatian pelaku pasar dunia. Sebelumnya, Bank of Japan mempertahankan suku bunga jangka pendek di sekitar 0,25%, level tertinggi sejak 2008. BoJ tetap berkomitmen untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut jika data ekonomi dan inflasi sesuai dengan ekspektasi. 

Menghadapi sentimen tersebut, David menyarankan para trader untuk tetap memperhatikan saham-saham pilihan yang berpotensi menguat. Salah satunya adalah saham PT Map Aktif Adiperkasa Tbk (MAPA), yang bergerak di sektor ritel. “MAPA berpeluang uji area resistance penting di level 1.170, didukung sentimen positif dari data keyakinan konsumen yang meningkat.” Ujarnya.

Selain itu, ia juga merekomendasikan saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG). “Dengan indikator MACD yang bullish dan potensi breakout dari area sideways, TBIG menarik di tengah peluang suku bunga lebih murah yang dapat dimanfaatkan perusahaan untuk pendanaan yang bonafit,” katanya. 

Adapun saham PT Indosat Tbk (ISAT) juga mendapat perhatian dengan kondisi teknikal yang membaik. “ISAT terlihat mulai keluar dari area downtrend channel dan didukung volume tinggi yang menunjukkan potensi bullish,” katanya. 

Selain saham individu, David juga menyarankan produk reksa dana saham Premier ETF IDX30, yang dinilai menarik di tengah optimisme konsumsi domestik dan valuasi IHSG yang masih atraktif. Dengan komposisi saham-saham besar seperti BBCA, BBRI, ACES, dan ADRO, produk ini dinilai memberikan transparansi dan likuiditas tinggi. 

Melihat berbagai sentimen global dan domestik, para pelaku pasar diimbau untuk mencermati data ekonomi yang akan dirilis pekan ini serta kebijakan suku bunga dari The Fed dan Bank of Japan yang berpotensi memengaruhi pasar ke depan.

Komentar

Berhasil Login.....

Gagal Login

Back to Top

Komentar berhasil di tambah

Komentar berhasil di Edit

Komentar berhasil di Dihapus

Anda Harus Login

Tidak Boleh Kosong