Anggota DPR Temukan Ketidaksesuaian Menu Makan Bergizi Gratis di Gorontalo
IVOOX.id – Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Nihayatul Wafiroh, menemukan adanya perbedaan signifikan antara laporan resmi Badan Gizi Nasional (BGN) di Jakarta dengan praktik pelaksanaan program makan bergizi gratis di lapangan. Temuan ini diungkapkan saat kunjungan kerja ke dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Provinsi Gorontalo, Senin (11/8/2025).
Menurut anggota dewan yang akrab dengan sapaan Ninik tersebut, BGN dalam rapat kerja memaparkan bahwa menu untuk anak sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan ibu hamil dirancang berbeda. Perbedaan tersebut mencakup jenis lauk, kandungan gizi, dan komposisi menu yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kelompok. “Namun yang kami lihat di lapangan justru instruksinya sama, hanya porsi dan teksturnya saja yang berbeda,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima ivoox.id Selasa (12/8/202).
Ia menilai perbedaan menu seharusnya menjadi bagian penting dari strategi pemenuhan gizi. Anak sekolah dasar, misalnya, membutuhkan porsi dan jenis makanan yang berbeda dengan remaja atau ibu hamil. Tanpa penerapan yang tepat, tujuan gizi yang seharusnya tepat sasaran bisa meleset. Salah satu contoh yang ia temukan adalah menu telur balado. “Kalau menu untuk anak-anak ada unsur pedasnya, apakah ini sudah tepat? Kita harus evaluasi lagi. Karena cita rasa pedas bisa mempengaruhi nafsu makan anak-anak, bahkan berisiko mengganggu pencernaan,” kata Ninik.
Temuan ini memunculkan kekhawatiran adanya celah koordinasi antara perencanaan pusat dan pelaksanaan di daerah. Ninik menekankan pentingnya memastikan instruksi teknis benar-benar diterima, dipahami, dan dilaksanakan oleh pengelola dapur di setiap wilayah.
Lebih lanjut, ia menegaskan DPR RI memiliki tanggung jawab untuk mengawasi agar anggaran negara digunakan secara efektif. “Kalau yang tertulis di laporan berbeda dengan yang terjadi di lapangan, ini bukan sekadar masalah teknis. Ini menyangkut akuntabilitas,” ujarnya.
Ninik berharap BGN segera melakukan evaluasi menyeluruh, termasuk memperbaiki alur koordinasi agar perencanaan gizi nasional tidak hanya indah di atas kertas, tetapi benar-benar terimplementasi di lapangan. “Gizi yang tepat sasaran adalah kunci untuk membangun generasi emas Indonesia. Kalau salah sasaran, dampaknya akan panjang,” katanya.
Berhasil Login.....
Gagal Login
Komentar
Edit Komentar
Hapus Komentar
Anda yakin ingin menghapus komentar ?