Polisi Ungkap Sindikat Jual Beli Rekening untuk Bandar Judi Online di Kamboja
IVOOX.id – Polisi mengungkap sindikat jual beli rekening bank untuk judi online yang beroperasi di sebuah rumah di Perumahan Cengkareng Indah Blok AB, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat. Sejak Mei 2024 sindikat tersebut menampung 4.324 rekening untuk dikirimkan ke bandar judi online di Kamboja.
"Selama 2 tahun 6 bulan beroperasi, ditemukan sebanyak 1.081 lembar resi pengiriman, di mana dari pengakuan tersangka tadi bahwa setiap resi itu mengirim dua unit handphone, dan masing-masing handphone berisi dua aplikasi mobile banking," kata Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pol M Syahduddi di di Cengkareng, Jakarta Barat, Jumat (8/11/2024), dikutip dari Antara.
Menurut Syahduddi jika masing-masing ponsel berisi dua aplikasi mobile banking, maka terdapat total 4.324 buku rekening bank yang dikumpulkan.
Polisi menangkap delapan orang tersangka berinisial RS (31), DAP (27), Y (44), RF (28), ME (21), RH (29), AR (22) dan RD (28) yang tergabung dalam sindikat jual beli rekening untuk judol online.
"Tersangka merekrut orang-orang yang akan dibuatkan rekening banknya ini di seputar wilayah Jakarta Barat, itu wilayah Cengkareng, Tambora. Ada juga di luar wilayah Jakarta Barat di wilayah Jakarta Selatan di Menteng Atas, dan juga di wilayah Tangerang dan sekitarnya," ucap Syahduddi.
Lebih lanjut, kata Syahduddi, tersangka RS sebagai otak sindikat mengaku pernah melihat aliran dana dalam salah satu rekening yang sudah dikirimkan ke Kamboja.
"Itu perputaran uang dalam satu rekening tersangka pernah melihat kurang lebih sekitar Rp 5 juta per hari," kata Syahduddi.
Dengan demikian, kata dia, jika diasumsikan 4.234 rekening juga memiliki perputaran uang sebesar Rp 5 juta setiap hari, maka total perputaran uang dalam sehari sebesar Rp 21 miliar.
"Kalau kita asumsikan ada 4.234 rekening digunakan seluruhnya, maka patut diduga ada perputaran uang dalam satu hari itu sejumlah Rp 21 miliar," kata Syahduddi.
Diketahui, dalam penggerebekan hari ini, polisi mengamankan sejumlah barang bukti berupa 35 unit ponsel, 713 kartu ATM, 370 buku tabungan, tiga unit laptop, satu unit printer, satu bendel dokumen resi pengiriman ekspedisi berjumlah 1.081 lembar.
Kemudian satu unit alat potong kertas, satu kontainer dokumen surat-surat terkait dengan perpanjangan sewa kontrak rekening dan surat pernyataan.
"Selanjutnya satu gulung bungkus gelembung (bubble wrap), tiga buah tas ransel, 32 dus handphone kosong, dua buah token bank BCA, dan satu bendel mutasi rekening koran bank BCA," ucap Syahduddi.
Dikirim Menggunakan Jalur Ekspedisi
Polisi mengungkap 4.324 rekening yang dibeli dari masyarakat oleh sindikat jual beli rekening di Cengkareng, Jakarta Barat dikirim ke bandar judi online (judol) di Kamboja memakai jalur ekspedisi resmi.
"Jalur resmi," kata Syahduddi .
Syahduddi menuturkan jalur ekspedisi resmi yang dimaksud adalah jasa pengiriman DHL di wilayah Pluit, Jakarta Utara.
"Jalur resmi ada ekspedisi yang sudah terkenal juga dan sudah didalami juga oleh penyidik bahwa memang ekspedisi tersebut sudah sering melakukan pengiriman handphone dari pelaku yang akan diserahkan kepada pengelola situs judi online di Kamboja," ungkap Syahduddi.
Hingga kini, polisi belum memberikan keterangan lebih lanjut mengenai posisi ekspedisi tersebut dalam kasus pengiriman ribuan rekening dari Jakarta menuju bandar judi online di Kamboja.
Markas sindikat di Perumahan Cengkareng Indah Blok AB, Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat ternyata sering didatangi kurir.
"Sering. Saya sering ditanya kurir soal alamat itu," kata Sekretaris RT 05 RW 14 Kapuk Indra Hermawan di Jakarta, Jumat (8/11/2024), dikutip dari Antara.
Meskipun demikian, Indra mengaku tak tahu kegiatan apa yang dilakukan di dalam rumah itu sehingga sering didatangi kurir.
Selain itu, Indra juga menyatakan bahwa setiap harinya, jalan di depan rumah yang dijadikan markas sindikat itu sering parkir sejumlah sepeda motor.
"Setiap hari itu, bisa lima sampai 10 sepeda motor. Parkir di badan jalan," kata Indra.
Indra mengaku tidak begitu kenal dengan penghuni rumah tersebut lantaran penghuni rumah cenderung tertutup dengan warga sekitar.
"Tak ada (komunikasi). Tertutup, sangat tertutup," kata Indra.
Selanjutnya, menurut kesaksian Indra, rumah markas sindikat itu dibeli oleh orang tua salah satu tersangka berinisial RS dengan harga Rp 2,5 miliar pada 10 bulan lalu.
Berhasil Login.....
Gagal Login
Komentar
Edit Komentar
Hapus Komentar
Anda yakin ingin menghapus komentar ?