KPPU Pantau Perkembangan dan Strategi Pasar Starlink
IVOOX.id - Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan bahwa keberadaan Starlink layanan satelit internet milik Elon Musk, belum menunjukkan indikasi praktik 'Predatory Pricing' meskipun telah menurunkan harga perangkat kerasnya.
Kehadiran layanan internet Starlink menyedot perhatian khlayak di Indonesia, termasuk KPPU, yang terus memantau perkembangan dan strategi pasar yang diterapkan oleh perusahaan ini.
Meski demikian, hingga kini, KPPU belum ditemukan indikasi bahwa Starlink menerapkan praktik predatory pricing yang dapat merugikan persaingan usaha yang sehat.
Kepala Biro Humas dan Kerja Sama KPPU, Deswin Nur, menjelaskan bahwa terdapat berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan untuk menilai apakah ada predatory pricing, termasuk kondisi pasar, strategi promosi, dan harga yang wajar.
“Kita belum bisa cepat menyatakan bahwa itu adalah predatory pricing sebagaimana undang-undang,” kata Deswin saat dihubungi Ivoox.id, Rabu (22/5/2024).
Menurutnya, penurunan harga oleh Starlink lebih merupakan strategi pemasaran yang tidak melanggar aturan.
“Diskon harga untuk promosi boleh dibilang sebagai strategi pemasaran,” tambahnya melalui pesan singkat.
Deswin menekankan bahwa hal paling krusial adalah melihat sejauh mana Starlink bersaing dengan layanan internet lain di pasar.
“Kuncinya di pasar. Pasar yang paling terganggu dari perilaku pelaku usaha. Apakah Starlink bersaingnya di pasar konsumen atau produk internet tertentu atau di semua jenis,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa predatory pricing biasanya dilakukan oleh perusahaan dengan modal besar atau yang sudah menguasai pangsa pasar yang signifikan.
" Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam predatory pricing. Saat ini kami belum masuk ke kesana," imbuhnya.
Starlink telah mulai menawarkan harga spesial untuk pelanggan awal yang berlaku hingga 10 Juni 2024.
Penawaran tersebut mencakup penurunan harga perangkat keras Starlink dari Rp7,8 juta menjadi Rp4,68 juta.
"Penawaran untuk pelanggan awal - berakhir 10 Juni Rp4,68 juta untuk perangkat keras," demikian informasi yang tertera di laman resmi Starlink.
Starlink menawarkan tiga jenis paket layanan internet, yakni residensial, jelajah, dan kapal.
Paket residensial dibanderol dengan harga Rp750.000 per bulan untuk layanan internet tanpa batas.
Paket jelajah memiliki dua opsi: mobile regional seharga Rp990.000 per bulan dan prioritas mobile 50 GB seharga Rp4,34 juta per bulan.
Sementara itu, layanan internet berkecepatan tinggi untuk perairan dimulai dari Rp4,34 juta per bulan dengan biaya perangkat keras sebesar Rp43,73 juta.
Berhasil Login.....
Gagal Login
Komentar
Edit Komentar
Hapus Komentar
Anda yakin ingin menghapus komentar ?